A. PENGERTIAN GREEN BUILDING
Green Building ( Bangunan Hijau ) adalah bangunan yang didesain khusus dengan tema
yang ramah lingkungan, hemat energi, layout
sederhana tapi tidak membosankan, kualitasnya bermutu dan material yang ramah
lingkungan. Pelaksanaan green building ini
salah satu upaya mencegah pemanasan global yang menyebabkan bumi semakin panas.
Green building lebih dimaksudkan pada bentuk fisik bangunan yang
berwawasan lingkungan. Upaya untuk menghasilkan bangunan dengan menggunakan proses-proses
yang ramah lingkungan, penggunaan sumber daya secara efisien selama daur hidup
bangunan sejak perencanaan, pembangunan, operasional, pemeliharaan, renovasi
bahkan hingga pembongkaran.
Di Negara-negara yang telah menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang
diukur, yakni :
·
Pengolahan lahan
sekitar,
·
Penggunaan air,
·
Penggunaan energi,
material dan dari mana sumber material itu,
·
Kualitas di dalam
ruangan, dan inovasi.
Masing-masing
kriteria ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya diberi nilai
yang berbeda. Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah tertentu,
barulah ia bisa diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat
disebut juga green construction atau sustainable building.
mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan: dari
tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan
pembongkaran. Di bidang arsitektur dan teknik sipil, konstruksi (construction)
adalah suatu proses yang terdiri dari membangun atau perakitan infrastruktur.
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
- Menggunakan energi yang seminimal mungkin.
- Memanfaatkan ruang alam
- Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
- Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
- Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
- Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi berdasarkan aspek lingkungan hidup.
Bangunan hijau didesain untuk mereduksi dampak
lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui :
§ Efesiensi
dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
§ Perlindungan
kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
§ Mereduksi
limbah / buangan padat, cair dan gas
§ Mengurangi
polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan
Manfaat
yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
A. Manfaat lingkungan
·
Meningkatkan dan
melindungi keragaman ekosistem
·
Memperbaiki kualitas
udara
·
Memperbaiki kualitas
air
·
Mereduksi limbah
·
Konservasi sumber daya
alam
B.
Manfaat Ekonomi
·
Mereduksi biaya
operasional
·
Menciptakan dan
memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
·
Meningkatkan
produktivitas penghuni
·
Mengoptimalkan kinerja
daur hidup ekonomi
C.
Manfaat Sosial
·
Meningkatkan kesehatan
dan kenyamanan penghuni
·
Meningkatkan kualitas
estetika
·
Mereduksi masalah
dengan infrastruktur lokal
·
Meningkatkan kualitas
hidup keseluruhan
B. MATERIAL YANG DIGUNAKAN GREEN
BUILDING
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan penerapan
bangunan hijau (green building)
memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan
kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green building.
Setiap rancangan infrastruktur
dengan bahan materialnya memiliki pengaruh terhadap koefisien
lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan menciptakan bangunan yang
efisien dalam memanfaatkan sumber energi,seperti air,cahaya,dan listrik.
Perkembangan desain struktur rumah dan gedung yang cepat juga turut memengaruhi
perkembangan penggunaan bahan material.
Gambar
1. Konsep Green Building
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku
untuk semua jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah kompleks hunian tak
boleh menciderai lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh meraibkan sebuah
sawah ataupun ladang yang menjadi tempat parkir air. Bagaimanapun, lokasi
tersebut sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana transportasi memadai. Itu
agar ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan. Lantas, proses pembukaan
lahan tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara membabat habis lahan
lantas menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini kurang diperhatikan. Efisiensi
lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni empat orang sudah tentu tak
perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi sedari awal.
Contoh: menggunakan air hujan ataupun air hujan yang diolah kembali, serta
menggunakan kloset irit air.
3. Indoor environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan bahan-bahan bangunan
yang menimbulkan polusi, antara lain cat yang menimbulkan polusi udara atau
karpet yang proses pembuatannya menggunakan gas beracun.
4. Energy and atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat energi, antara lain
dirancang agar tak banyak menggunakan pendingin udara. Terkait itu, di iklim
subtropis seperti Indonesia, ventilasi yang lebar-banyak bisa
dimanfaatkan untuk menurunkan suhu ruangan
5. Material resource.
Satu ciri green building
adalah menggunakan material bangunan ramah lingkungan. Itu antara lain sedapat
mungkin mengurangi bahan impor. Sebab, bahan impor otomatis melahap banyak
energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian lebih baik tak menggunakan
material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti kayu jati; sedapat
mungkin, material daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif dalam
mengaplikasikan gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya secara
konsisten di seluruh elemen bangunan, terciptalah produk arsitektur hijau yang
diidamkan.
·
Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang memiliki
dampak terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin menipis
persediaannya akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat dengjan
material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah ini memiliki banyak
bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami agar tidak perlu
menggunakan lampu dan pendingin udara pada siang hari.
·
Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer sebagai dinding.
Penggunaan kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara ruang, dan lebih
ringan. Ruangan-ruangannya dapat didesain fleksibel. Pengguna ruang juga dapat
menggeser dinding kontainer untuk mendapatkan atau menambah fungsi ruang baru
tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke ruangan.
·
Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, seperti
semen, batu bata, aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini dilakukan sebagai
bentuk optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif dan mengurangi
pemakaian sumber daya alam yang sulit diperbarui.
·
Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah
dikelola dan dipanen secara berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk
mengurangi biaya transportasi, serta diselamatkan dari bahan reklamasi di
lokasi terdekat.
Gambar 2. Contoh desain green
building
C. PELAKSANAAN GREEN BUILDING
Suatu
keterpaduan dari perencanaan atau desain, penggunaan bahan ( alam atau buatan
), sistim bangunan, sistim utilitas dan metode konstruksi yang inovatif
mewujudkan terjadinya green building, seperti skematik gambar dibawah ini :
Gambar
2. Diagram keterkaitan antar elemen bangunan,komponen bangunan dan sistem
konstruksi yang inovatif menjadi green
building
¨
Elemen yang dimaksud seperti
fasade, lantai, dinding, cladding;
¨
Komponen yang dimaksud berupa
bahan bangunan, mesin, peralatan dan utilitas
¨
Sistim yang dimaksud adalah
metode konstruksi inovatif dan hasilnya adalah green building.
D. INTEGRASI BAHAN DAN METODE TEKNOLOGI
Bahan semen sebagai komponen utama
pembanguan dimana pabrik semen ternyata merupakan penyumbang gas CO2 yang cukup
besar, sekitar 930 juta ton/tahun , menempati urutan kedua setelah pembangkit
tenaga lintrik atau dengan kata lain berkontribusi sekitar 7% dari total emisi
gas CO2 yang berkisar 13.470 juta ton/tahun ( berdasarkan data dari Inter-Governmental
Panel on climate Change/IPCC), dengan inovatif antara bahan dan teknologi dapat
membuat beton yang ramah lingkungan, yaitu dengan mengurangi kadar semen yang
otomatis mengurangi gas CO2, permasalahannya adalah pengurangan porsi semen
harus digantikan
dengan material cementitious sebagai aditif yang berkualitas dengan kadar yang
sesuai, sehingga tetap diperoleh beton berkinerja tinggi, aditif tersebut
adalah abu terbang, silica fume yang diolah pada silo semen dengan teknologi
beton modern dapat memperoleh penghematan energy 21,1% ( IPCC ).
Bahan Hebel dan b-panel
sebagai komponen utama dinding bangunan. Hebel
yaitu bahan bangunan sebagai komponen bangunan berupa blok dinding yang
mempunyai keunggulan dari segi kekuatan dan efisiensi waktu pada pelaksanaan
pemasangan dinding, dengan material kapur, semen, pasir silica dan air melalui
teknologi penggilingan dan pemintalan dan pencampuran di cetak dan dipotong
sesuai dengan ukuran yang efisien pada dimensi dinding, sehingga mengurang waste
factor pemakaian bahan, sehingga dapat dikategorikan bahan hemat sampah
konstruksi
B-panel adalah panel beton
pracetak-prategang, merupakan sistem bahan bangunan hemat energi dan ramah
lingkungan yang inovatif, karena terpadu dari panel komposit beton reinforced – expanded polystyrene ( EPS
) yang memiliki karakteristik insulasi thermal dan akustik serta ketahanan
terhadap gempa, disebut komponen bangunan ramah lingkungan karena 100% recyclable
dapat didaur-ulang, jangka pemakaian lama ( selama umur bangunan ), tidak
beracun dan tidak membusuk.
Atap genteng dan atap
beton sebagai komponen penutup atap bangunan, penutup atap bahan tanah liat
genteng dengan teknologi pembakaran yang modern (tunnel) dapat menciptakan
genteng keramik yang beraneka warna dan kuat menahan terik panas matahari dan
juga terhadap curah hujan, sebaiknya menggunakan warna terang agar sinar
matahari dapat dipantulkan dan tidak menyerap kedalam ruangan.
Atap beton dapat direduksi
panasnya dengan roof garden yaitu membuat penghijauan atap dengan Prefabricated
Extensive Green Roof Tray System ( PEG ), yaitu bahan ramah lingkungan dan
dibuat pra-fabrikasi,sistem modul,implementasi praktis dan reduksi panas,
terbukti dapat mengurangi panas pada permukaan atap bangunan sebesar delapan (
8 ) derajat celcius menjadi lebih sejuk ( paten system milik United Premas
Limited ). Penghijauan atap juga memberikan nilai estetika, memperbaiki
kualitas udara karena menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, menyejukan udara karena
mengurangi suhu permukaan atap melalui bayangan dan evapotranspiration saat
tanaman bernafas, karena pepohonan dapat memberikan kontribusi oksigen,
demikian pula rerumputan dapat membantu menghilangkan partikel udara panas.
Gambar
4. Pengunaan atap warna terang
Gambar
5. Pemanfaatan road garden dengan
pohon dan landscape
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan
bangunan harus menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan
perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur,
perancangan interior dan lain-lain.
Penerangan bangunan harus mempelajari masalah pencahayaan sehingga
bangunan dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Selain itu, perancang
bangunan harus juga memperhatikan manfaat penerangan atau pencahayaan alam
selama masih dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan cahaya matahari selain memberikan
panas (radiasi) juga memberikan cahaya yang bermanfaat sekali bagi semua
kehidupan di darat dan air, maka cahaya matahari sangat diperlukan khususnya
dalam pencahayaan bangunan, tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerang
alami dalam bangunan adalah sebagai berikut:
a.
Menghemat energi dan biaya operasional bangunan,
b. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet yang memberikan efek
psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang,
c. Mempergunakan
cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai sumber penerangan
langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dilihat dari arah jauhnya sinar matahari dan komponen /
bidang-bidang yang membantu memasukan dan memantulkan cahaya matahari. Surut
jauhnya sinar matahari ini berbeda - beda pada setiap daerah. Pada umumnya,
cahaya matahari yang jauh ke permukaan tanah / bangunan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
a. Cahaya matahari
langsung jatuh pada bidang kerja.
b. Refleksi pantulan cahaya matahari dari
benda yang berada di luar rumah dan masuk melalui jendela.
c. Refleksi / pantulan cahaya matahari dari halaman ,yang untuk
kedua kalinya di pantulkan kembali oleh langit-langit dan dinding kearah bidang
kerja.
d. Cahaya yang jatuh dilantai dan
dipantulkan lagi oieh langi-langit besarnya refleksi cahaya matahari ini sangat
dipengaruhi oleh bahan pemantulan dan warna.
E. CONTOH PENERAPAN GREEN
BUILDING
Konsep green school building didesai untuk
penghematan energy listrik, penggunaan air yang bisa didaur ulang, dan
pemanfaatan limbah sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan. Maka dari itu,
penggunaan bahan bangunannya pun diupayakan menggunakan bahan eco-friendly ( ramah lingkungan ).
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan konsep green school building meruppakan bagian proses pendidikan lingkungan
kepada siswa, sehingga mau tidak mau siswa yang sekolahnya sudah berorientasi
lingkungan dan mengadaptasi kaidah lingkungan tadi harus memahami pentingnya
mencintai dan pelestarian lingkungan.
Pemprov DKI akan
menjadikan gedung sekolah sebagai contoh dan teladan yang baik untuk seluruh
bangunan yang akan didirikan di Jakarta.
Pada 2010, setidaknya
sudah ada dua gedung sekolah yang dijadikan proyek percontohan sekolah hijau
yaitu Sekolah Dasar (SD) di Semanan, Jakarta Barat dan Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 1 Cikini, Jakarta Pusat.
(a) (b)
Gambar 6. Contoh Green
Building (a) Sekolah di Jakarta, (b) Universitas di Singapore. Sumber media Berita8.com
Sumber Referensi :
Alfinnur. 2011. Green House. Artikel Sahabat. ( http://www.artikelsahabat.com, diakses
18 Mei 2012 ).
Triyoga, Hardani. 2011. Saatnya Gunakan Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. News. ( http://www.seputarindonesia.com ,
diakses 18 Mei 2012 ).
Adhito, Achmad. 2009. Kriteria Green Building. Berita Properti. (http://www.rumah123.com, diakses 18 Mei
2012).
Jatnika, Yanuar. 2011. Apa itu Green Building?. Berita Secepat Peristiwa. (http://www.jurnas.com, diakses 18 Mei 2012).
2009. Prinsip
“Green Building” alias Bangunan Hijau. (http://www.PT.Promaco.com,
diakses 18 Mei 2012).
Budisuanda. 2011. Green Building = Green Construction ?. (http://www.manajemenkonstruksi.com,
diakses 18 Mei 2012).
2011. Gedung
Sekolah di Jakarta Jadi Contoh Penerapan Green Building. (http://www.berita8.com, diakses 18 Mei 2012).
Wirawati, Sylvie. 2011. Penggunaan Teknologi Bahan Inovatif Pada Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding
Avoer.Pdf.
terimakasih infonya sangat membantu..
BalasHapus